Random Post

SWA GRIPPA Adalah Organisasi Pencinta Alam Yg. Mempunyai Jiwa Kemandirian Dan Peduli Terhadap Sosial Kemasyarakatan Juga Lingkungan

About The Author

Selamat Datang Di Blog Keluarga Besar Pencinta Alam SWA GRIPPA
SWA GRIPPA LOGO, SWA GRIPPA LOGO KBPSG, KBPSG Gondrong Grippa, Gondrong Grippa Herry Alam, Dewan Pembina Grippa Grippa Bunglon Hideung, Angkata Pertama Gua Pawon, Gua Pawon Angkatan Halimun Sayang Kaak, Halimun Sayang Kaak Boy,Gol,Lan, Instruktur Handal Grippa Halimun Sayang Kaak Gollert Grippa, Gollert Grippa Grippa Style, Grippa Style Light Grippa, Light Grippa

WARTA BERITA

« »
« »
« »
Get this widget

Musikku

Minggu, 24 Maret 2013

MENGENAL MOUNTAINEERING

A.      MOUNTAINEERING
Mendaki gunung adalah suatu kegiatan keras, penuh petualangan, membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang tinggi. Bahaya dan tantangan yang seakan hendak mengungguli, merupakan daya tarik dari kegiatan ini.
Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah menguji kemampuan dirinya untuk bersekutu dengan alam yang keras, keberhasilan suatu pendakian yang sukar dan sulit berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan dirinya sendiri.
B.      PENGERTIAN DAN TUJUAN KEGIATAN MOUNTAINEERING
  •  Mountain = Gunung 
  •  Mountaineer = Orang yang berkegiatan di gunung
  •  Mountaineering = Segala sesuatu yang berkaitan dengan gunung atau dalam arti yang luas berarti suatu perjalanan yang meliputi mulai dari hill walking sampai pendakian ke puncak-puncak gunung yang sulit.
Banyak alasan orang melakukan kegiatan mountaineering namun pada dasarnya keitan itu dilakukan untuk :
1. Mata pencaharian
2. Adat Istiadat
3. Agama /Kepercayaan
4. Ilmu Pengetahuan
5. Petualangan
6. Olahraga
7. Rekreasi

C.      TERMONOLOGI GUNUNG
a)      Gunung : Suatu puncak ketinggian dari atas permukaan laut dan dataran di sekelilingnya.
b)      Pegunungan : Barisan/sekumpulan gunung yang saling berdekatan.
c)       Bukit : Gunung Yang ketinggianya tidak lebih dari 600 mdpl
d)      Perbukitan : Barisan/sekumpulan bukit yang saling berdekatan.
e)      Tebing : Lereng pada dinding gunung yang terjal
f)       Sadel : Pertemuan dua titik pada satu punggungan
g)      Pass : Celah panjang diantara dua punggungan
h)      Col : Celah sempit diantara dua puncak
i)        Plateau : Dataran tinggi diatas daerah ketinggian
j)        Summit : Puncak

D.      SEJARAH SINGKAT MOUNTAINEERING
Pendakian gunung sebenarnya telah dilakukan oleh para nenek moyang kita yang dimulai dengan bapak manuasia Nabi Adam AS yang menjelajahi bukit tursina untuk mencari cintanya Siti Hawa. Siti Hajar yang telah lintas dari bukit marwah ke bukit Safa ditemani dengan sherpa JIBRIL untuk mencari air bagi ismail yang lagi kehausan. Dan pendakian demi pendakian hingga saat ini masih terus berlangsung dan kelak (tak lama lagi ) giliran kalian untuk melanjutkan amanah menjaga kelanggengan kemanusian.
a. Sejarah Dunia
  • 1942 : Anthoine de Ville memanjat tebing Mont Aiguille (2907 m) di pegunungan alpen untuk berburu chamois (Kambing gunung).
  •   1624 : Pastor pastor Jesuit, melintasi pegunungan himalaya dari gharwal di Iindia ke Tibet menjalankan tugas misionarisnya.
  • 1760 : Professoe de Saussure menawarkan hadiah besar bagi siapa saja yang dapat menaklukkan puncak mont blanc guna kepentingan ilmiahnya. 
  • 1786 : Puncak tertinggi di pegunungan alpen Mont Blanc (4807 m) akhirnya dicapai oleh Dr. Michel Paccaro dan Jacquet Balmat. 
  • 1852 : Batu pertama jaman keemasan dunia keemasan di Alpen diletakkan oleh Alfred Wills dalam pendakiannya ke puncak Wetterhorn (3.708 m), cikal bakal pendakian gunung sebagai olah raga. 
  • 1852 : Sir George Everest, akhirnya menentukan ketinggian puncak tertinggi dunia, dan di abadikan dengan namanya (8.848 m), orang Nepal menyebut puncak ini dengan nama sagarmatha, orang tibet menyebutnya chomolungma. 
  • 1878 : Clinton Dent (bukan pepsoden) memnjat tebing Aigullie de dru di perancis yang memicu trend pemanjatan tebing yang tidak terlalu tinggi tetapi cukup curam dan sulit, banyak orang menganggap peristiwa ini adalah kelahiran panjat tebing 
  • 1895 : AF Mummery orang yang disebut sebagai bapak pendakian gunung modern hilang di Nanga Parbat (8.125 m), pendakian ini adalah pendakian pertama puncak di atas ketinggian 8.000 m.
  • 1924 : Mallory dan Irvina mencoba lagi mendaki Everest, keduanya hilang di ketinggian sekitar 8.400 m.
  • 1953 : Pada tanggal 29 mei Sir Edmund Hillary dan Sherpa Tenzing Norgay akhirnya mencapai atap dunia puncak evere

b. Sejarah Indonesia
  • 1623 : Yan Carstenz adalah orang pertama melihat adanya pegunungan sangat tinggi, dan tertutup salju di pedalaman irian.
  • 1899 : Ekspedisi Belanda pembuat peta di Irian menemukan kebenaran laporan Yan Carstensz hampir 3 abad sebelumnya tentang “ … pegunungan yang sangat tinggi, di beberapa tempat tertutup salju!” di perdalaman Irian. Maka namanya diabadikan sebagai nama puncak yang kemudian ternyata merupakan puncak gunung tertinggi di Indonesia. 
  • 1962 : Puncak Carstenz akhirnya berhasil dicapai oleh tim pimpinan Heinrich Harrer. 
  • 1964 : Beberapa pendaki Jepang dan 3 orang Indonesia, yaitu Fred Athaboe, Sudarto (Bukan Boy Grippa) dan Sugirin, yang tergabung dalam Ekspedisi Cendrawasih, berhasil mencapai Puncak Jaya di Irian. Puncak yang berhasil didaki itu sempat dianggap Puncak Carstensz, sebelum kemudian dibuktikan salah. Puncak Eidenburg, juga di Irian, berhasil di daki oleh ekspedisi yang dipimpin Philip Temple.
  • Dua perkumpulan pendaki gunung tertua di Indonesia lahir : Wanadri di Bandung dan Mapala UI di Jakarta, lalu di susul oleh perkumpulan perhimpunan pencinta alam lainnya mulai dari, MPA,SISPALA, KPA, ERNIPALA, MODIPALA, SWA GRIPPA dan sebagainya.
  • 1972 : Mapala UI, diantaranya adalah Herman O. Lantang dan Rudy Badil, berhasil mencapai Puncak cartenz. Mereka merupakan orang-orang sipil pertama dari Indonesia yang mencapai puncak ini.

E.       PERSIAPAN DALAM SEBUAH PERJALANAN
  1.  Dapat berpikir secara logis. Ini adalah elemen yang terpenting dalam membuat keputusan selama pendakian, dimana cara berpikir seperti ini lebih banyak mempertimbangkan faktor safety atau keselamatannya. 
  2.  Memiliki pengetahuan dan keterampilan. Meliputi pengetahuan tentang medan ( navigasi darat) ,cuaca dan teknik pendakian , pengetahuan tentang alat pendakian atau pemanjatan dan sebagainya. 
  3.  Dapat mengkoordinir tubuh kita.
a)      koordinasi antara otak dengan anggota tubuh.
  •  Haruslah terdapat keseimbangan antara apa yang dipikirkan di Otak dan apa yang sanggup dilakukan oleh tubuh. 
  •  Keseimbangan antara emosi dan kemampuan diri.
  •   Ketenangan dalam melakukan tindakan .
b)      koordinasi antar anggota tubuh. Ialah keseimbangan dan irama anggota tubuh itu sendiri dalam membuat  gerakan-gerakan atau langkah- langkah ketika berjalan atau diam.
     4.      Kondisi fisik yang memadai. Ini dapat dimengerti karena mendaki gunung termasuk dalam olahraga   yang cukup berat . Seringkali berhasil tidaknya suatu pendakian / pemanjatan bergantung pada kekuatan fisik. Untuk mempunyai kondisi fisik yang baik dan selalu siap maka jalan satu-satunya haruslah berlatih.
     5.       Berdoa

Selamat Mendaki lur !!!!!
F.       JENIS PERJALANAN BERDASARKAN TINGKAT KESULITAN
Perjalanan baik pendakian atau pemanjatan berdasarkan pada tingkat kesulitan medan yang dihadapi   dapat dibagi sebagai berikut:
  1. Walking : Berjalan tegak, tidak diperlukan perlengkapan kaki yang serius.
  2.  Hiking (hill walking) : Medan sedikit bertambah sulit sehingga dibutuhkan perlengkapan kaki yang memadai. 
  3. Climbing
a.       Rock Climbing : Pemanjatan pada medan batu .
  • Scrambling : Medan semakin curam sehingga dibutuhkan bantuan tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh. Praktis tidak memerlukan tali ataupun perlengkapan lainnya yang khusus. 
  • Technical Climbing : Pemanjatan pada permukaan tebing yang sulit. Dibutuhkan teknik khusus dan bantuan peralatan. Jenis ini di bagi dua, yaitu :
  1.  Free Climbing: Rute yang dilalui sulit sehingga dibutuhkan tali, alat-alat dan teknik yang khusus untuk melindungi bila terjatuh . Patut diperhatikan bahwa alat –alat disini hanya berfungsi sebagai alat- alat pengaman saja dan bukan sebagai penambah ketinggian.
  2.  Artificial Climbing: Tebing hanya memberikan celah yang sangat tipis atau bahkan tidak ada sehingga penggunaan tangan dan kaki saja adalah mustahil. Untuk itu pendakian jenis ini sepenuhnya tergantung kepada perealatan yang juga dipergunakan secara langsung untuk menambah ketinggian . Dapat dikatakan ketinggian kita dapat terus bertambah hanya semata-mata karena bantuan alat-alat seperti tangga tali dfan sebagainya.
b.      Snow/Ice Climbing : Pemanjatan pada medan es dan salju
c.       Expedition : Kegiatan pendakian yang membutuhkan berbagai pengetahuan dan membutuhkan waktu yang lama serta memerlukan pengorganisasian tertentu dengan berbagai variasi medan yang harus dilalui.
G.     SISTEM / TEKNIK PENDAKIAN
Tidak semua medan yang dilalui untuk menuju puncak itu seragam sehingga ada beberapa sistem/teknik yang dilakukan untuk menuju puncak yang harus disesuaikan dengan karakter medan. Pada beberapa pendakian kita kenal ada tiga buah sistem/teknik pendakian yaitu :
  1. Alpin Taktik : sistem pendakian ini biasa dilakukan pada medan yang jaraknya tidak terlalu jauh, dan tidak kembali lagi ke base camp serta seluruh tim pendaki harus dapat mencapi puncak (taktik ini berkembang di pegunungan alpen yang karakternya sangat sesuai dengan taktik ini).
  2. Himalayan taktik : Sistem pendakian ini biasa dilakukan pada medan yang jaraknya cukup jauh sehingga untuk menuju puncak ada beberapa base camp yang didirikan guna melakukan sistem drop barang, pada taktik ini tidak semua anggota tim harus mencapai puncak (taktik ini berkembang di pegunungan himalaya yang karakternya sangat sesuai dengantaktik ini).
  3. Siege taktik : Gabungan antara Alpin Taktik dan Himalayan taktik.
Penyeberangan Basah

Ada beberapa teknik/tips dalam melakukan penyeberangan disungai :
Carilah Jembatan, Jika jembatan tidak ada jangan berharap ada yang mau buatkan jadi carilah daerah aliran sungai tak beriak, deras dan dalam biasanya semakin ke hulu aliran sungai seperti itu ada
Jika kalian menyeberangi sungai dan ada tali, ada yang tau berenang ada juga tidak maka itu yang tau berenang menyeberang kesebelah dengan diikat tali lalu tali tali itu di tambatkan sudah itu nyebrang mako
Pada saat menyeberang sungai kalian bisa membawa tongkat untuk menjaga keseimbangan dan juga berguna untuk mengukur kedalaman air
Ingatlah jika menyeberang sungai jangan pernah membelakangi arah arus air hadapilah walau itu deras karena kalian akan jauh lebih kokoh dan lintasan jalur yang kalian lalui ada baiknya diagonal begitupun jika kalian menyeberang secara tim.
(sumber http://korpcitaka.wordpress.com/2008/05/06/materi-mountainering-2/)

Pendakian gunung (Hiking/Mountaineering), ya. Sebuah kegiatan menarik yang bisa menyegarkan pikiran anda bahkan menjadi hoby bagi banyak orang sekarang ini. Banyak situs yang telah mempostingkan sejumlah kegiatan pendakian gunung. Namun, hanya situs ini yang menjelaskan segala materi pendakian gunung, mulai dari pengertian Hiking itu sendiri, bahkan sampai kepada tehnik, dan survival.
Pendakian gunung sering juga disebut “Hiking” atau “Mountaineering”. Kegiatan yang akhir-akhir ini semakin banyak diminati kaum muda. Sehingga tak aneh jika banyak club-club pecinta alam atau organisasi remaja yang memfokuskan pada kegiatan pendakian gunung. Andapun juga bisa membuat klub pecinta alam dan sebagainya.
Mountaineering (hiking) dapat dibagi kedalam beberapa tipe, yaitu:
  1. Hill walking atau Hill Climbing, yaitu berjalan perjalanan atau pendakian non salju, dari yang ketinggiannya biasa saja sampai kegunung bahkan kepegunungan yang tertinggi. 
  2. Rock Climbing, yaitu pemanjatan tebing. 
  3. Snow Ice Climbing, yaitu pendakian gunung bersalju
Pada dasarnya 3 tipe pendakian tersebut sama saja, namun yang membedakan hanya medan pendakiannya yang mempengaruhi persiapan, peralatan, dan tehnik pendakiannya.

Olahraga Mendaki Gunung tidak hanya membutuhkan fisik yang prima saja, tetapi juga membutuhkan kestabilan jiwa pendaki. Secara fisik artinya pendaki mempunyai daya kemampuan fisik yang maksimal pada ketinggian, sedangkan berdasarkan kesiapan jiwa, diperlukan konsentrasi dan kestabilan emosi di dalam menghadapi suatu kondisi dan situasi. Para calon pendaki yang merasa takut berada diketinggian, lebih baik menunda dulu keinginannya. Pendakian gunung merupakan suatu olahraga yang dapat dikaitkan dengan peraihan prestasi. Pendaki yang berpengalaman dan aktif akan selalu berusaha menemukan jalur-jalur baru, yang lebih sukar, lebih menantang. Namun, seiring dengan meningkatnya prestasi, maka bertambah pula resiko (kecelakaan) terhadap pendaki.

Para calon pendaki hendaknya memperhatikan faktor-faktor dibawah ini, yaitu:
  1. Aklimatisasi, Yang dimaksud dengan “Aklimatisasi” adalah proses penyesuaian yang dilakukan terhadap suatu keadaan suatu tempat (termasuk ketinggian). Aklimatisasi merupakan faktor penunjang bagi para pendaki gunung untuk menanggulangi tipisnya kadar oksigen disuatu tempat, suhu, medan perjalanan, dan lain-lain. Yaitu dengan cara melakukan penyesuaian secara berkala agar pendaki tidak menglami shock.
  2.  Latihan Berkala, Pada dasarnya latihan fisik bagi seorang pendaki gunung memerlukan keseimbangan yang teratur. Pendaki dianjurkan untuk latihan lari, bersepeda, atau berenang. Lakukan latihan pada siang hari, sebab kadar oksigen disiang hari dipermukaan lebih tipis (mirip dengan keadaan diatas gunung). Dengan latihan lari para pendaki dipaksa untuk menghirup udara tipis. Jenis latihan lainnya dengan melakukan; push-up, sit-up, dan pull-up.
  3.  Memiliki Pengetahuan Mengenai Alam Bebas Dan Navigasi, Hendaknya para pendaki mengetahui Hiking Skill (keahlian mendaki) dan tehnik navigasi. Seperti menggunakan GPS, kompas, dan peta. 
  4. Persiapan Suatu Perjalanan
Faktor penunjang keselamatan dibagi kedalam: 
  • Faktor Internal, faktor yang menyangkut diri sang pendaki itu sendiri. 
  • Faktor Eksternal, faktor yang menyangkut daerah yang dituju, misalnya cuaca, medan, bahaya longsor, dan lain-lain
Juga dalam melakukan pendakian perlu diperhatikannya bahaya-bahaya suatu pendakian gunung, yang tebagi kedalam:
  • Bahaya Subyektif, bahaya yang datangnya dari diri sipendaki. 
  • Bahaya Obyektif, bahaya yang datangnya dari daerah yang kita daki.
Adapun persiapan sebelum melakukan perjalanan adalah sebagai berikut:
  1. Memilih Pemimpin, pilihlah seorang pemimpin perjalanan, seseorang yang sudah tahu dan berpengalaman. Serta memiliki kemampuan navigasi yang cukup dan mempunyai keahlian mendaki. Tidak hanya itu seorang pemimpin harus mempunyai sifat cepat dan tepat dalam mengambil tindakan. Dan juga mempunyai kestabilan emosi dan ramah dengan anggotanya.
  2. Memiliki Hiking Skill (Keahlian Mendaki). (baca hiking Skill disitus ini).
  3. Mengetahui Alat-Alat Pendakian
Adapun bagi pendaki gunung jarak dekat dan tidak memakan waktu semalaman perjalanan, hanya perlu membawa peralatan sebagai berikut:
  • GPS (Global Positioning System) kegunaan sebagai alat navigasi, bisa juga digantikan dengan kompas dan peta. 
  • Tali Ponco digunakan ketika menuruni atau memanjat medan gunung yang agak curam (100o) bisa juga diganti dengan Semua tali yang tidak licin seperti tali rami.
  •  Tenda, kegunaanya untuk berlindung, bisa diganti dengan jika tidak ada tenda maka bisa membangun bivak. 
  • Safety Boot (sepatu mendaki). Bentuknya hampir sama dengan sepatu boot. Namun safety boot terbuat dari kulit yang tak mudah tembus. Kegunaannya adalah untuk melindungi kaki dari duri, bebatuan, bahkan sengatan dan gigitan hewan-hewan kecil. Jika pendakian agak curam bisa dipadukan dengan Duri. Bisa diganti dengan sepatu boot biasa. 
  • Ransel, gunakan ransel yang ringan dan kuat. 
  • Golok dan pisau. 
  • Senter. 
  • Korek Api.
  •  Makanan Dan Minuman.
  • Perlengkapan Obat P3K. 
  • Pakaian, gunakan pakaian yang berbahan woll karena cepat menyerap keringat dan juga mempertahankan panas ditubuh. Kalau basahpun akan cepat mengering.

5.       Tehnik Pengepakan Barang (Packing), Tehnik penyusunan atau penataan barang-barang kedalam ransel (tas punggung) yang disesuaikan dengan urutan:
  • Waktu/Kebutuhan Dalam Pemakaian.
  • Prinsip dalam tehnik penyusunan/pengepakan barang, beban yang berat diletakkan dibagian punggung jangan dipinggang.
6.        Mengerti Mengenai Survival (Bertahan Hidup Di Dalam Hutan Liar).
Survival salah satu cara hidup dialam bebas. Kata survival berasal dari kata “ survive” (Inggris) yang artinya tetap hidup. Sedangkan pengertian survival lebih luas adalah mampu melepaskan diri dari keadaan yang sulit guna mempertahankan hidup dialam bebas. Seseorang yang telah mengerti survival biasanya tidak akan panik, ketika mengalami keadaan sulit/bahaya. Keadaan sulit atau buruknya diantara lain:
  • Tidak adanya (habisnya) persediaan makanan. 
  • Ancaman kondisi medan yang berat. 
  • Tersesat atau terpisah dari kelompok. 
  • Hilang atau tersesat sewaktu pendakian. 
  • Terbatasnya perlengkapan yang dimiliki (tersisa). 
  • Mengalami kecelakaan dialam bebas, dll.
Tips Dan Trik Seputar “SURVIVAL”
  •  S = Sadarilah sungguh-sungguh situasi dan kondisi diri sendiri serta ancaman medan. 
  • U = Untung rugi situasi yang dihadapi tergantung pada ketenangan serta penggunaan akal sehat. 
  • R = Rasa Takut Dan Panik dikendalikan, dengan cara mengatur keseimbangan rasio dan emosi. 
  • V = Vivo dari bahasa latin yang artinya hidup. Tetap optimis untuk bertahan, jangan mudah putus asa. 
  • I   = Ingatlah selalu kepada Tuhan YME. 
  • V = Vakum (kekosongan waktu) harus diisi dengan kegiatan yang menyenangkan seperti menyanyi,     seraya mencari jalan keluar. 
  • A = Adaptasi Dengan Lingkungan sangatlah penting. 
  • L  = Latihlah selalu diri dan belajar terus agar jadi biasa.

sumber: http://www.aku-anak-indonesia.co.cc/2010/01/hiking-pendakian-gunung

Tak Hanya Menahan Lapar dan Haus
PERNAH dengar nama Edmund Hillary? Bagi para pecinta alam, terlebih yang hobi mendaki gunung lewati lembah seperti Ninja Hattori, nama tersebut sudah tidak asing lagi. Ya, sosok satu ini adalah pendaki gunung terpopuler sedunia. Ia adalah inspirasi bagi pendaki gunung lainnya. Memang ia belum pernah mendaki Gunung Salak atau Gunung Gamalama (maksud saya, memang ia tidak mendaki semua gunung di dunia), namun prestasinya dalam dunia pendakian benar-benar patut diacungi jempol. Pegunungan Alpen, Pegunungan Himalaya dan puncak Gunung Everest adalah tempat-tempat tertinggi dunia yang pernah ditaklukkannya. Tidak hanya sekali, tapi berulang kali.

Sir Edmund Hillary
Apa rahasia Edmund Hillary sehingga mampu menaklukkan puncak-puncak tertinggi dunia? Dalam satu kesempatan ia berkata bahwa kuncinya terletak pada penguasaan diri sendiri. Katanya (kurang lebih), "Not the mountain that I conquered, but myself." Sebuah ucapan yang sederhana namun tegas dan berisi. Kunci keberhasilannya menaklukkan gunung-gunung tertinggi di dunia ternyata adalah karena ia mampu menaklukkan dirinya sendiri terlebih dahulu. Ia menegaskan bahwa ia tidak akan pernah bisa melakukannya kalau tidak dapat menaklukkan dirinya sendiri.
Mulai besok, umat Muslim Indonesia mulai melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Sebuah ibadah yang bertujuan mengasah jiwa manusia agar lebih bertaqwa kepada Tuhan-nya. Ibadah yang datang setahun sekali dan disambut dengan penuh suka cita karena datangnya Ramadhan menandakan lebaran sudah dekat. Namun sayangnya banyak yang terjebak pada rutinitas ibadah semata dan melupakan esensi puasa yang sebenarnya.
"Kalau kita lemah terhadap diri sendiri, kehidupan akan sangat keras kita rasakan. Tapi kalau kita keras terhadap diri sendiri, maka kehidupan akan terasa ringan."

Andrie Wongso
Puasa adalah menahan diri dari segala hawa nafsu. Tidak hanya nafsu makan, minum, amarah dan syahwat saja, namun lebih dari itu. Hawa nafsu meliputi sikap sombong, tamak, kikir, dan termasuk juga malas. Intinya, hawa nafsu adalah segala sesuatu yang ingin kita lakukan hanya berdasarkan kepentingan kita semata. Oleh karena itu malas juga termasuk hawa nafsu karena orang yang malas pada hakikatnya hanya ingin enaknya saja. Tidak mau berusaha lebih keras lagi karena ia tidak ingin begitu.
Kalau kita bisa memaknai puasa dengan baik, maka kita akan tahu bahwa puasa ternyata juga melatih kita untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Bukan hanya lebih tahan lapar dan haus, tapi juga baik dari segi ibadah dan mental. Sekali lagi, masih banyak saudara kita yang terjebak pada rutinitas. Bagi mereka puasa tak lain hanyalah sekedar menahan lapar dan haus di siang hari. Selebihnya mereka tetap bersikap semaunya. Merugikan orang lain, bermalas-malasan, dan tindakan-tindakan yang hanya memuaskan hawa nafsu mereka saja.
Kembali kita ingat kunci keberhasilan Edmund Hillary menaklukkan gunung-gunung tertinggi dunia. Ia katakan bahwa kemampuan menaklukkan dan mengendalikan diri sendiri adalah modal awalnya dalam mencapai keberhasilan. Puasa hakikatnya adalah ajang untuk berlatih menaklukkan serta mengendalikan diri sendiri. Dan selepas Ramadhan bukan berarti selesai. Kita harus tetap berusaha menaklukkan dan mengendalikan diri sepanjang hidup agar dapat mencapai tujuan demi tujuan yang telah ditetapkan. Jangan biarkan diri kita terjebak dalam kesenangan sesaat yang melenakan. Kita harus tegas pada diri sendiri.
Sebagai penutup, saya ingin kita merenungkan sebuah kalimat bijak dari Andrie Wongso (as seen on TV) berikut ini. "Kalau kita lemah terhadap diri sendiri, kehidupan akan sangat keras kita rasakan. Tapi kalau kita keras terhadap diri sendiri, maka kehidupan akan terasa ringan." Anda setuju?

(Sumber Eko Nurhuda - Bung Eko dotcom)


By: Gollert Grippa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar