Random Post

SWA GRIPPA Adalah Organisasi Pencinta Alam Yg. Mempunyai Jiwa Kemandirian Dan Peduli Terhadap Sosial Kemasyarakatan Juga Lingkungan

About The Author

Selamat Datang Di Blog Keluarga Besar Pencinta Alam SWA GRIPPA
SWA GRIPPA LOGO, SWA GRIPPA LOGO KBPSG, KBPSG Gondrong Grippa, Gondrong Grippa Herry Alam, Dewan Pembina Grippa Grippa Bunglon Hideung, Angkata Pertama Gua Pawon, Gua Pawon Angkatan Halimun Sayang Kaak, Halimun Sayang Kaak Boy,Gol,Lan, Instruktur Handal Grippa Halimun Sayang Kaak Gollert Grippa, Gollert Grippa Grippa Style, Grippa Style Light Grippa, Light Grippa

WARTA BERITA

« »
« »
« »
Get this widget

Musikku

Selasa, 06 November 2012

GUNUNG CIREMAI


GUNUNG CIREMAI ( 3.078 m.dpl )


Gunung Ciremai merupakan gunung berapi yang masih aktif dan bertepi  starto. Memiliki dua kawah utama, Kawah Barat dan Kawah Timur, serta kawah letusan kecil Gua Walet. Gunung ini memiliki keistimewaan tersendiri bila dibandingkan dengan gunung-gunung lainnya di pulau jawa, seperti juga Gunung Slamet, gunung ini terpisah dari gunung-gunung tinggi lainnya, tetapi gunung Ciremai ini lebih dekat dengan laut jawa. Kegiatannya yang terakhir tercatat pada tahun 1973, berupa gempa tektonik yang cukup kuat.
Gunung Ciremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Dapat didaki dari arah timur melalui Linggarjati (580 m.dpl), dari arah selatan melalui Palutungan (1.227 m.dpl), dari arah barat melalui Maja ( lewat Apui dan lewat Argalingga ). Jalur Linggarjati dan jalur Palutungan adalah jalur yang paling banyak dilalui, dan merupakan jalur yang dianjurkan oleh pihak Perhutani pengelola kawasan hutan disekitar Gunung Ciremai.
Desa Linggarjati ini terdapat penginapan yang bertarif mahal ( Hotel Linggarjati Tlp.0232-63185, Pasanggrahan dikawasan Taman Wisata Linggarjati Indah Tlp. 0232-63188 dan Siliwangi Park resort Tlp. 0232-53006 ). Walau begitu kita bisa dengan mudah mendapatkan tempat bermalam di balai desa atau dirumah-rumah penduduk, dengan biaya sukarela saja.  Walaupun warung-warung juga tersedia, bila bermalam dirumah-rumah penduduk ini, kita bisa memasak sendiri.
Desa Linggarjati merupakan desa yang bersejarah, dimana kita bisa mengunjungi Gedung Linggarjati, yang dijadikan museum untuk mengenang perjanjian Linggarjati yang dilaksanakan tahun 1946. Setelah pendakian, bila ingin menikmati air panas yang alami, kita bisa menuju desa Sangkan Hurip, ± 4km kea rah timur LInggarjati, dimana terdapat pemandian air panas yang mengandung  yodium, berbeda dengan tempat lain yang biasanya mengandung belerang. Kita juga berwisata di Taman Wisata Linggarjati Indah, dimana tersedia fasilitas kolam renang.

JALUR LINGGARJATI ( Kuningan )
Jalur pendakian dari Linggarjati ini sangat jelas, karenanya menjadi pilihan utama para pendaki. Disbanding dengan jalur lain, jalur Palutungan misalnya, jalur Linggarjati ini lebih curam dan sulit, dengan kemiringan sampai 70 derajat. Dijalur ini air hanya terdapat di Cibunar.
Dari desa Linggarjati berjalan lerus, kurang lebih ½ jam, mengikuti jalan desa melewati hutan pinus, kita akan sampai di Cibunar (750 m.dpl). Disini kita menjumpai jalan bercabang, kearah kiri menuju sumber air dan lurus kearah puncak. Kalau tidak bermalam di desa Linggarjati, kita bisa berkemah di Cibunar ini, namun jangan kaget bila berkemah di Cibunar kadang setiap malam suka ada suara tertawa diatas pohon, tapi jangan takut itu hanya seekor burung hantu yang bisa menirukan suara tertawa manusia. Persediaan air hendaknya dipersiapkan disini untuk perjalanan pulang pergi, karena setelah ini tidak ada lagi mata air.

Dari Cibunar, kita mulai mendaki melewati perladangan dan hutan pinus, dan kita akan melewati Leuweung Datar (1.285 m.dpl), Condang Amis ( 1.350 m.dpl ), dan Blok Kuburan Kuda (1.580 m.dpl ), disini kita dapat mendirikan tenda. Dari Cibunar sampai ke Blok Kandang Kuda dibutuhkan waktu kira-kira 3 jam.
Jalur akan semakin curam dan kita akan melewati Pangalap ( 1.790 m.dpl ) dan Tanjakan Binbin ( 1.920 m.dpl ) dimana kita bisa temui pohon-pohon palem merah. Selanjutnya kita lewati Tanjakan Seruni ( 2.080 m.dpl ) dan Bapa Tere ( 2.200 m.dpl ) , kemudian kita sampai  di Batu Lingga ( 2.400 m.dpl ), dimana terdapat sebuah batu cukup besar di tengah jalur. Menurut cerita rakyat (Mak Emoh cerita ketika penulis menginap dirumahnya), dasar kawah Gunung Ciremai sama tingginya dengan batu lingga ini. Perjalanan dari Kuburan Kuda sampai ke Batu Lingga ini memakan waktu sekitar 3 – 4 jam. Di beberapa pos, kita dapat jumpai nama-nama tersebut, walaupun kadang kurang jelas karena dirusak.
Dari Batu Lingga kita akan melewati Sangga Buana Bawah ( 2.545 m.dpl ) dan Sangga Buana Atas ( 1.665 m.dpl ), mulai dijalur ini kita bisa memandang kearah pantai Cirebon. Burung-burung juga akan lebih mudah kita jumpai didaerah ini, dan selanjutnya kita akan sampai di Pengasinan (2.860 m.dpl ), yang dibutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dari Batu Lingga. Di sekitar Pangasinan ini akan dijumpai Edelweis Jawa ( Bunga Salju ) yang langka itu, namun dari waktu-kewaktu semakin berkurang populasinya. Dari Pangasinan menuju Puncak Sunan Talaga atau Sunan Cirebon ( 3.078 m.dpl ) masih dibutuhkan waktu sekitar 0,5 jam lagi, dengan melewati jalur yang berbatu-batu.
Dari puncak akan kita saksikan pemandangan kawah-kawah Gunung Ciremai yang fantastis. Bila cuaca cerah kita juga dapat menikmati panorama yang menarik kea rah kota Cirebon, Majalengka, Bandung, Laut Jawa, Gunung Slamet dan gunung-gunung di Jawa Barat. Pemandangan lebih menarik akan kita jumpai pada waktu matahari terbit  dari arah Laut Jawa. Suhu di puncak bisa mencapai 8-13®C. Dari puncak kearah kanan kita bisa menuju  ke kawah belerang yang ditempuh dalam 1,5 jam perjalanan. Untuk mengitari puncak dan kawah-kawahnya, diperlukan waktu 2,5 jam.
Dari puncak kearah kiri  15-20 menit perjalanan, kita akan menjumpai 3 buah cerukan, yang posisinya lebih rendah dari puncak dinding kawah, tempat yang cukup nyaman untuk bermalam dan berlindung dari tiupan angin kencang dari arah kawah.
Perjalanan mendaki puncak gunung Gunung Ciremai rata-rata membutuhkan waktu 8-11 jam dan 5-6 jam untuk turun, dengan demikian kita harus mendirikan tenda di perjalanan. Karena itu perlengkapan tidur (sleeping bag, tenda dll ), dan perlengkapan masak adalah suatu keharusan.
Pendakian pada musim kemarau cukup menyenangkan karena cuaca lebih bersahabat, dan kondisi medan tidak terlalu licin, serta pemandangan lebih cerah.

JALUR PALUTUNGAN ( Kuningan )
Jalur Palutungan tidak terlalu curam seperti Linggarjati, tetapi kita harus menambah waktu 2-3 jam. Dari terminal kuningan kita bisa langsung menuju desa Palutungan yang jaraknya 9 km dengan angkutan pedesaan. Di Palutungan hanya ada took-toko kecil, maka sebaiknya keperluan logistic untuk bekal pendakian dipenuhi dikuningan. Di desa Palutungan terdapat areal perkemahan yang bernama Bumi Perkemahan Erpah, perjalanan hanya membutuhkan waktu 10 menit, dan setiap hari libur banyak pengunjung berwisata di tempat ini. Persediaan air untuk pendakian sebaiknya disiapkan didesa ini dan untuk menginap.
Dari Palutungan pendakian kita teruskan melalui Cigowong Girang ( 1.450 m.dpl ), selama 3 jam perjalanan, dimana terdapat sebuah sungai kecil yang lebarnya ±1 – 1,5 m. Disini kita bisa menambah persediaan air dan mendirikan tenda di tempat ini, walaupun tempatnya kurang memadai dan suhu sudah cukup dingin. Selanjutnya kita akan memasuki hutan dan melalui Blok Kuda ( 1.690 m.dpl ) dan Blok Pangguyungan badak ( 1.790 m.dpl ).
Perjalanan kita teruskan dengan melewati Blok Arban ( 2,030 m.dpl ), kemudian Tanjakan Assoy ( 2.108 m.dpl ). Ditempat ini kita bisa beristirahat sebelum melewati tanjakanyang cukup curam. Dari Cigowong Girang diperlukan waktu 4-5 jam menuju tempat ini. Selanjutnya kita akan melewati Blok Pasanggrahan ( 2.450 m.dpl ) dan Blok Sanghiyang Ropoh ( 2.590 m.dpl ), kemudian kita akan sampai pada pertigaan ( 2.700 m.dpl ) yang menuju ke Apui dan ke Kawah Gua Walet. Kira-kira 2 jam waktu tempuh dari Tanjakan Assoy ke pertigaan ini. Dari pertigaan kita menuju Kawah Gua Walet ( 2.925 m.dpl ) dan ke Puncak Sunan Cirebon, yang diperlukan waktu 1,5 jam perjalanan.
JALUR APUI, CIPANAS ( Maja - Majalengka )
Untuk mencapai kampung Apui, Cipanas. Dari arah kota Cirebon naik bus menuju ke kota Kadipaten / Majalengka ( Kota kelahiran penulis ), lalu dilanjutkan dengan naik minibus/elep menuju ke Maja ( 556 m.dpl ). Setelah sampai dimaja kita turun dan naik lagi Angkutan Pedesaan menuju ke desa Cipanas. Di desa Cipanas kita akan menemui lahan bekas Perkebunan Teh Argalingga yang sangat luas tapi sekarang telah berubah menjadi hutan sayur – sayuran. Di sini saat matahari tenggelam di ufuk barat pemandangannya sangat indah.
Dari desa Cipanas, perjalanan kita teruskan menuju ke Kampung Apui ( 1.100 m.dpl ) dengan angkutan pedesaan. Setiba di kampung Apui kita mempersiapkan kebutuhan air karena sepanjang jalur pendakian tidak terdapat mata air.
Kampung Pui mayuritas penduduknya Sunda dan bermata pencaharian sebagai petani sayur-sayuran. Jalan masuk ke kampong ini banyak terdapat tanjakan – tanjakan dengan kemiringan hampir 70 derajat.
Awal pendakian dumulai melewati perladangan dan hutan produksi selama 3-4 jam kita akan sampai di Berod. Disini kita akan menemui pertigaan, kita ambil yang kearah puncak. Setiba di Berod perjalanan kita teruskan perjalanan menuju ke Simpang Lima ( Perempatan Alur ), perjalanan memakan waktu sekitar 0,5 jam dari Berod, lalu diteruskan menuju Tegal Mersawah. Di Tegal Mersawah  perjalanan langsung kita teruskan menuju ke Pangguyangan Badak. Disini kita bisa beristirahat. Perjalanan kita teruskan 2 jam lagi  kita akan sampai di Tegal Jumuju ( 2.520 m.dpl ). Dari Tegal Jumuju perjalanan kita teruskan menuju ke Sanghiyang Rangkah , selama 2 jam perjalanan.
Di Sanghiyang Rangkah menuju terdapat lokasi pemujaan yang sering dipergunakan oleh penduduk disekitar lereng untuk upacara   memohon keselamatan. Dari sini perjalanan kita teruskan menuju Gua Walet ( 2.925 m.dpl ), selama 4 jam perjalanan . Gua Walet merupakan bekas letusan yang berbentuk terowongan . Disini kita juga bisa mendirikan tenda untuk bermalam.
Esok harinya kita bisa menuju ke Tepi Kawah ( 3.056 m.dpl ) dan langsung ke puncak, selama 3 jam perjalanan.

Catatan  :
Jikan ingin mendaki Gunung Ciremai kita dapat meminta ijin di Perhutani Kuningan dan Polisi setempat ( Polsek Kuningan ), dengan alamat : PERHUTANI KPH Kuningan Jl. Siliwangi 43 Kuningan – jawa Barat Tlp. 0232-81144. Kita juga harus dapat Rekomendasi dari Dinas Sosial Politik ( Ditsospol ) Kab. Kuningan dan ijin dari Kepolisian Resort Kuningan.
Bila kita mendaki lewat desa Linggarjati, kita harus melapor ke petugas PERHUTANI, Pak Juned untuk perbaikan pondok pendaki. Pak Juned dapat memberikan informasi tentang jalur pendakian Gunung Ciremai, juga bisa membantu mencarikan pemandu atau porter.
Bila terjadi keadaan darurat saat melakukan pendakian di gunung Ciremai selain menghubungi aparat desa setempat, bisa juga menghubungi Organisasi Pencinta Alam , AKAR di Kuningan, SWA GRIPPA di Bandung atau KBPA di bandung.

By : Gollert Grippa

Sumber Seasion NRP SWA GRIPPA, Expedition Grippa Kabut Badai


1 komentar:

  1. Bosss infonya menarik nihh.. jadi pingin kesana, bisa minta info no nya Pak Juned gak ? thansk sebelumnya untuk tulisannya jadi bisa bikin persiappan hehhehe latihan fisik..

    BalasHapus