KELUARGA BESAR PENCINTA ALAM MAHASISWA (PALAWA) SWA GRIPPA

SWA GRIPPA adalah organisasi pencinta alam yang mempunyai jiwa kemandirian dan peduli terhadap sosial kemasyarakatan serta lingkungan.

KELUARGA BESAR PENCINTA ALAM MAHASISWA (PALAWA) SWA GRIPPA

SWA GRIPPA adalah organisasi pencinta alam yang mempunyai jiwa kemandirian dan peduli terhadap sosial kemasyarakatan serta lingkungan.

KELUARGA BESAR PENCINTA ALAM MAHASISWA (PALAWA) SWA GRIPPA

SWA GRIPPA adalah organisasi pencinta alam yang mempunyai jiwa kemandirian dan peduli terhadap sosial kemasyarakatan serta lingkungan.

KELUARGA BESAR PENCINTA ALAM MAHASISWA (PALAWA) SWA GRIPPA

SWA GRIPPA adalah organisasi pencinta alam yang mempunyai jiwa kemandirian dan peduli terhadap sosial kemasyarakatan serta lingkungan.

KELUARGA BESAR PENCINTA ALAM MAHASISWA (PALAWA) SWA GRIPPA

SWA GRIPPA adalah organisasi pencinta alam yang mempunyai jiwa kemandirian dan peduli terhadap sosial kemasyarakatan serta lingkungan.

KELUARGA BESAR PENCINTA ALAM MAHASISWA (PALAWA) SWA GRIPPA

SWA GRIPPA adalah organisasi pencinta alam yang mempunyai jiwa kemandirian dan peduli terhadap sosial kemasyarakatan serta lingkungan.

KELUARGA BESAR PENCINTA ALAM MAHASISWA (PALAWA) SWA GRIPPA

SWA GRIPPA adalah organisasi pencinta alam yang mempunyai jiwa kemandirian dan peduli terhadap sosial kemasyarakatan serta lingkungan.

Grippa

Kamis, 23 Mei 2013

Istilah dalam Kegiatan Panjat Tebing

Ada beberapa Istilah - Istilah dalam Kegiatan Panjat Tebing yang tentunya sangat penting untuk di ketahui apalagi bagi para Climber baik itu pemula maupun yang sekedar Gemar melakukan Aktifitas Panjat Tebing.

Adapun Istilah - Istilah dalam Kegiatan Panjat Tebing tersebut, Yakni :
  • Aid Climbing ; Suatu tehnik memanjat tebing dengan menggunakan alat-alat untuk menambah ketinggian. Seperti ascender, tali statis, stirrup dan lainnya.
  • Cheater Stick ; Dapat secara kasar sebagi si tongkat curang. adalah sejenis pengait yang dapat dihubungkan dengan dengan runner/carabinner, dengan begini pemanjat dapat melewatkan beberapa pengaman tetap (hanger)
  • Chiken Bolt ; Baut yang ditempatkan oleh pemanjat awal, karena tak cukup berani memanjat suatu bagian tebing tertentu tanpa tambahan baut tebing.
  • Cow's Tail ; Sling webbing atau prusik. ujung satunya dikaitkan pada harness, ujung lainnnya dapat dikaitkan pada runner/hanger untuk beristirahat
  • Daisy Chin ; Webbing sepanjang lebih kurang 1 m, yang dijahit dan mempunyai beberapa loop sepanjang selebar 5 cm. Berguna untuk membebaskan runner dengan mengaitkannnya pada runner. Kelebihannnya jarak dari runner, dapat diatur sesuai kebutuhan.
  • Expanding ; Bentuk permukaan batuan tebing, biasnya berupa serpihanyang meregang atau bergerak ketika pengaman yang terpasang terbebani
  • Hanging Belay : Mengamankan pemanjat secara menggantung, disebabkan karena tak adanya teras pada tebing
  • Hauling : Menaikkan atau menurunkan peralatan dengan sistem katrol menggunakan pulley. Biasanya dilakukan dalm multipitch climbing, setelah leader menyelesaikan satu tahapan pemanjatan
  • Jugging : Umum disebut ascending /prusikking. Tehnik meniti tali dengan ascender.
  • Jump Testing : Metode menguji pengaman/runner yang telah terpasang. Caranya dengan menempatkan etrir/stirrup pada pengaman, kemudian injak loop terakhir, sentakkan dengan lompatan-lompatan kecil
  • Manky/Dicey : Batu atau piton yang goyah dam membahayakan.

  • Pendulum : Gerakan mengayun secara horisontal. Umumnya untuk perpindahan dari sisi tebing ke sisi sampingnya, dikarenakan tak ada lagi cacat batuan yang bisa dijadikan tumpuan pemanjatan.
  • Portaledge : Sejenis velbed, yang digantung pada pengaman/hanger. Berguna untuk beristirahat
  • Rivet : Sejenis sekrup dari baja, ditempatkan (diketuk dengan palu tebing) ke dalam lubang tebing yang datar, untuk menjepi rivet hanger. Lebih efesien dari baut tebing, namun tak cukup aman dan kuat
  • Rivet Hanger : Kabel baja berbentuk dua loop yang menyilang, dikaitkan pada rivet (baut tebing)
  • Rurp : Singkatan dari Realized Ultimate Reality Piton. Sebentuk baja tipis sebesar perangko. Dipasang pada celah sempit dan dangkal.
  • Siege Tactic : Tehnik pemanjatan multipitch (banyak tahapan) menggunakan tali tetap (fixed rope). Pada sistem ini perintis jalur dapat turun dan bermalam. Lalu melakukan jugging/prusikking sampai titik terakhir yang dicapai, kemudian melakukan lead climber lagi.
  • Single Push Tactic ; Kebalikan dari Siege Tactic, dimana pemanjat bermalam pada titik terkahir, lalu meneruskannnya
  • Stacking : Mengganjal /menumpuk beberapa piton, berlawanan arah. Ini dilakukan karena celah terlalu lebar untuk satu piton dan tak ada lagi titik yang dapat dijadikan tumpuan pengaman
  • Tag Line : Tali yang digunakan untuk mengendalikan haul bag (tas yang digunakan untuk membawa peralatan) saat melakukan tehnik hauling
  • Tension Traverse : Memanjat bebas ke arah samping dengan menegangkan (tension) tali panjat
  • Tie-Off : Webbing 0,5 inch yang dibuat lingkaran pendek untuk dikaitkan pada piton yang masuk seluruhnya ke dalam celah tebing. Sedang piton yang dilingkari disebut tied-off
  • Tenching : Membor atau memahat pada sudut tebing yang polos (blank) untuk menempatkan alluminium head atau copperhead
  • Zippering : Pemanjat terjatuh dan sebarisan pengaman/ runner tercabut atau terlepas dari posisinya
 


                       By : Gollert 027
http://www.facebook.com/KeluargaBesarPencintaAlamSwaGrippa?ref=hl

Sumber : Grippa Doc.
              Tupai Climbers Mapala Teknisi UNM


Minggu, 28 April 2013

MENGENANG AYAHANDA & IBUNDA TERCINTA



Ketika pagi senentiasa masih menyisakan mbun,
Gigil angin dan gema pahit getah kamboja semakin menyngat,
Juga mayang-bayang malam yang kelabu,
Melukiskan lelehan sepotong hari tuamu,
Diantara lalu gerimis dalam dekapan sunyi,
Diatas sayatan kisah yang kau iris,
Yang menyempurnakan lembaran kisah dengan tangis.....

Sebuah pagi yang dipenuhi aroma kenanga,
Menuliskan perihku dengan berhelai-helai air mata,
Dijendela,fajar layu,hari-hari membiru,
Berlindung dalam gores waktu menorehkan pedih rindu,

Abi...Umi...!!!
Demikian Jauh kan lambai jariku,
Menggapai upuk hatimu?
Ketika jasadmu yang semakin mengaku hingga membeku...

Sayup-sayup masih ku dengar tawamu di sini,
Mengirimkan sunyi pada puncak harimu,

Masihku dengar Abi...Umi...!!!
Pada rengkuhan kata-kata akhirmu,
Yang terus berkisah dan berkisah,
Menyiram sepasang mataku dengan segelas gerimis jerit yang membasahi bathinku,
Kulihat jejakmu t'lah kau sandarkan mengiring diantara waktu,
Segalanya t'lah dipisahkan bermil yang fana...!

Dihening kamarmu,
Kukenang kembali gigitan nyamuk di lenganmu,
Dikursi reotmu yang semakin usang,
Kukenang lelahmu menyandarkan letih,
Diam-diam mencoretkan garis panjang kenagan dan mengabadikan dalam serangkaian album tuamu...!?











       
      Ananda Yudi Gollert






Kamis, 04 April 2013

Angkatan 8 "WARINGIN PALASARI & LEUWI JURIG"

Angkatan Ke-8 Pencinta Alam SWA GRIPPA Meliputi Dua Gelombang / Angkatan.

Angkatan gelombang pertama pada angkatan 8 Pencinta Alam SWA GRIPPA dengan nama angkatan " WARINGKAS PALASARI " Palasari diambil dari lokasi diklatdas disebuah lembah perbukitan yg ada di kaki gunung Burangrang, Pradik & Diklatdas dilaksanakan pada Tgl. 28 November s/d 13 Desember 1998, dengan diikuti peserta didik sebanyak 15 orang, namun pada kesempatan pendidikan lapangan 11orang peserta didik mengundurkan diri sehingga yg mengikuti tinggal 4 orang, adapun peserta didik yang lolos menjadi anggota SWA GRIPPA antara lain :

  1. Amra Nulfia, dengan nama rimba SWA GRIPPA " ALLASH " Nrp. SG.08.075/WP-98
  2. Adi Nurazis, dengan nama rimba SWA GRIPPA " BUNKIR Nrp. SG.08.076/WP-98
  3. Arief Susanto, dengan nama rimba SWA GRIPPA " OELOENG " Nrp.08.077/WP-98
  4. Wawan Sulaeman, dengan nama rimba SWA GRIPPA " CHENK'CLACK " Nrp. SG.08.078/WP-98
Angkatan gelombang kedua pada angkatan 8 Pencinta Alam SWA GRIPPA dengan nama angkatan " LEUWI JURIG " yang diambil dari sebuah lokasi lembah sungai yg ada di kaki gunung Burangrang , Pradik & Diklatdas dilaksanakan pada Tgl. 02 s/d 15 April 1999, dengan diikuti peserta didik sebanyak 10 orang, namun yang berhasil / lolos menjadi anggota SWA GRIPPA sebanyak 2 orang, diantaranya :
  1. Rifi Maulana A, dengan nama rimba SWA GRIPPA " OCHEN " Nrp. SG.08.079/LJ-98
  2. Andy Purnomo, dengan nama rimba SWA GRIPPA " LHASHUTH " Nrp. SG.08.080/LJ-98
Demikianlah  " Lur ..!" sekilas info angkatan ke-8 Pencinta Alam SWA GRIPPA, "WARINGKAS PALASARI & LEUWI JURIG ".

Salam Rimba buat angkata ke-8 Grippa.

         By : Gollert


Angkatan 5 "TAPAK PURNAMA"


Angkatan ke Lima (5) Pencinta Alam SWA GRIPPA dengan nama angkatan " TAPAK PURNAMA ", Pradik dan Diklatdas Tgl. 23 Oktober s/d 11 November 1995, dengan jumlah peserta yang mengikuti pendidikan dan latihan dasar kepencintaalaman sebanyak 15 ( Lima Belas ) orang, namun 8 ( delapan ) orang peserta didik tidak dapat melanjutkan pendidikan dasar tersebut dikarnakan sesuatu hal.

Ketujuh peserta didik yang lolos menjadi anggota Pencinta Alam SWA GRIPPA antara lain  :

  1. Lilis Supriyaty, dengan nama rimba SWA GRIPPA " TOGHEL " Nrp. SG.05-049/TP-95
  2. Entin Supartini, dengan nama rimba SWA GRIPPA " LULHUR " Nrp. SG.05-050/TP-95
  3. Euis Rahmawaty, dengan nama rimba SWA GRIPPA " MATTEL " Nrp. SG.05-051/TP-95
  4. Yunita Dwi P, dengan nama rimba SWA GRIPPA " TAPHEL " Nrp. SG.05-052/TP-95
  5. Arief Purwanto, dengan nama rimba SWA GRIPPA " ABHELT " Nrp. SG.05-053/TP-95
  6. Ali Imron Sabur, dengan nama rimba SWA GRIPPA " LOMEX'S " Nrp. SG.05-054/TP-95
  7. Vence Lesilolo, dengan nama rimba SWA GRIPPA " KHOZERT " Nrp. SG.05-055/TP-95 
Demikianlah sekilas info tentang angkatan ke-5 " TAPAK PURNAMA" Pencinta Alam SWA GRIPPA, salam lestari buat kurawa TAPAK PURNAMA.


         By Gollert 027

Minggu, 24 Maret 2013

MENCINTAI ALAM


Mengapa Kau Mencintai Alam?
Malam ini aku mendadak rindu betul pada puncak-puncak gunung yang sunyi , Kawanku bertanya, mengapa kau menyukai gunung? Mengapa kau lebih suka keluyuran di tengah alam bebas ketimbang berlibur ke mall-mall?

Catatan ini kupersembahkan kepadamu, kawanku di SWA GRIPPA ... Aku berharap, dalam waktu dekat ini, kita akan mendaki gunung bersama-sama. Semoga.

Saat kita memandang gunung yang menjulang membisu, apa yang ada dipikiran? Bukit, gunung, lembah, semuanya membisu. Hanya desis angin malam terdengar Barangkali gunung ini telah diam istirahat berabad-abad, mengumpulkan kekuatan untuk suatu saat nanti meledakkan diri, menghambur laksana bulu-bulu beterbangan di tiup angin. Entahlah. Tapi aku merasa yakin itu pasti akan terjadi. Mungkin nanti kalau kiamat… Puncak-puncak gunung yang sunyi seperti mengawetkan segala kemurnian dunia yang sudah hilang ditelan ambisi dan keinginan dunia di bawah sana. Di tengah-tengah keheningan dan aroma kemurnian ini, aku merasa bumi di bawah telah begitu lusuh, sumpek. Kadang-kadang aku berpikir rumahku sesungguhnya ada di sini, di setiap puncak gunung-gunung. Sebab, di puncak-puncak itulah aku merasakan akrab dengan semua lingkungan di sekitarku. Aku sulit mengakrabi kota-kota besar, apalagi metropolitan seperti Jakarta,Bandung dll. Hampir semua yang kutemui adalah palsu – air mancur buatan, bunga palsu di vas bunga meja kantor, lukisan-lukisan pemandangan, senyum dibuat-buat para SPG di mall-mall, toko-toko, keramahan semu di jalan-jalan, menjual agama dan mengatasnamakan Allah demi kekuasaan….

MENGENAL MOUNTAINEERING

A.      MOUNTAINEERING
Mendaki gunung adalah suatu kegiatan keras, penuh petualangan, membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang tinggi. Bahaya dan tantangan yang seakan hendak mengungguli, merupakan daya tarik dari kegiatan ini.
Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah menguji kemampuan dirinya untuk bersekutu dengan alam yang keras, keberhasilan suatu pendakian yang sukar dan sulit berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan dirinya sendiri.

KESULITAN & PENDAKI GUNUNG


Kisah yang luar biasa yang menggambarkan betapa manusia memiliki kekuatan bertahan (the power of survival) yang luar biasa adalah kisah tentang ahli jiwa terkenal, Victor Frankl.
Frankl adalah seorang psikolog keturunan Yahudi. Ia dipenjara dalam kamp konsentrasi maut Nazi Jerman, tempat ia mengalami penderitaan akibat penyiksaan yang di luar batas-batas kemanusiaan. Orang tuanya, saudara laki-lakinya, dan juga isterinya meninggal di kamp konsentrasi tersebut atau dikirim untuk dibunuh di kamar gas.

Selain seorang saudara perempuannya, seluruh keluarganya telah terbunuh dalam insiden sejarah gelap umat manusia. Dia sendiri mengalami penderitaan akibat siksaan dan penghinaan yang tak terperikan, tanpa pernah tahu dari satu hari ke hari yang lainnya apakah ia akan berakhir di kamar gas atau di kuburan massal di depan algojo tembak tentara Nazi. Atau akankah dia berada di antara mereka yang selamat yang akan menyingkirkan mayat-mayat atau menyerok keluar abu mereka yang sudah menemui ajalnya. Inilah yang disebut oleh Frankl sebagai ”the last of the human freedom” atau kebebasan yang terakhir yang dimiliki oleh manusia, yaitu kebebasan untuk memilih dan menciptakan realitas yang kita inginkan dalam hidup ini.