BECAUSE IT’S THERE …..
Begitulah …..
Pernyataan George Mallory saat ditanya oleh para wartawan
Amerika saat kunjungannya ke New York di tahun 1923, mengapa dia mendaki
Everest. ….
Because it’s there, karena dia disana !.
Jawaban yang bisa membuat kening kebanyakan orang berkerut.
Bagaimana memaknai ke 3 kata sederhana diatas. Tentang pemilihan atas kata-kata
budian, lalu menyusunnya dalam kalimat logis yang dapat dipahami …. karena dia
disana .
Apa yang ada disana ?
Yaaa, Everest alias the third pole, kutub ketiga yang ada di
bumi ini, selain Utara dan Selatan, begitu mungkin jawaban Mallory di tahun
1923. Setelah 2 tahun sebelumnya, di th 1921, dia gagal mendaki Everest.
Teamnya 8 orang, tersapu longsoran salju dan menewaskan 7 orang diantaranya.
Membuat Mallory dengan terpaksa harus pulang sendiri ke Ingris dalam keadaan
trauma dan hati yang patah…..
Namun setelah 3 tahun masa pemulihan, Mallory kembali
bengkit. Panggilan “because it’s there” tak mampu dibendungnya, bahkan oleh
istri tercintanya Ruth, yang tetap setia dan memahami gejolak jiwa suaminya. Di
akhir Februari 1924, dia dan Irvine memulai perjalanan "balas dendam"
itu. Naik perahu dari Inggris, diteruskan dengan perjalanan darat. Seluruh
perlengkapan dibawa dengan memakai 300 ekor kuda, untuk sampai ke base camp
pertama kaki Himalaya.
Setelah melampaui perjalanan panjang, baik dalam jarak dan
waktu. Di awal juni 1924, atau lebih dari 100 hari masa perjalanan pendakian.
Setelah mengalami berbagai ujian, dari mulai badai salju, frost bite, kematian
anggota team pendukung, dll , akhirnya dia dan Irvine sudah berdiri di daerah
Dead Zone, hanya tinggal 200 meter menuju puncak dunia. Dimana belum ada
seorangpun manusia di muka bumi ini pernah menginjakan kakinya di puncak itu.
Semua karena kata-kata itu …. Because it’s there. Bukan
sekedar Everest puncak dunia yang memacu Mallory dan Irvine. Bukan sekedar
tantangan untuk menjadi orang yang pertama untuk berdiri disana. Bukan sekedar
nama harum, bukan sekedar tepuk tangan, kebanggaan dan penghargaan. Ada sesuatu yang tak
terkatakan, melebihi kemampuan nalar untuk me-logika-kannya.
Tanya pada setiap pendaki gunung dan pecinta alam , apa
motif utama dari seluruh perjuangan, seluruh keringat, seluruh kesakitan itu.
Bahkan pada saat saat kritis, ketika tangan tergantung di bibir jurang ….. apa
yang membuatku untuk melakukan ini semua ?. Pasti ada sekian banyak jawaban,
mulai dari sekedar kesenangan, kebanggaan, tepuk tangan, pengakuan dll. Namun
semua akan berujung pada jawaban legendaris …. Because it’s there. Yang hanya
mampu dipahami oleh orang orang yang mengalaminya.
Saat ada kabar pesawat jatuh, atau orang hilang di belantara
hutan. Tak ada kalimat tanya, mengapa harus ditolong, bukan saudara, bukan
teman, bahkan kenalpun tidak. Jawaban akhirnya selalu … because they’re there.
Ada semacam magnit yang menarik diri kita untuk pergi dan beranjak mendekat dan
mengulurkan bantuan. Kadang melebihi batas2 logika, saat keselamatan diri ikut
dipertaruhkan.
Lalu kita paham setelah peristiwa ini berlalu. Alam atas
sadar kita seolah memerintahkan, bahwa semua ini berpasangan adanya. Itulah
yang memerintahkan kita untuk bersiaga, yang mengomando kaki untuk memulai
langkah Yang memerintah pundak untuk siap menggendong puluhan kilo beban. Yang
memerintah mental untuk siap di tarik ke titik titik limit daya tahan, yang
menyuruh emosi agar tenang. Ada tarikan
magnet, saat engkau disana dan aku disini, aku kan pergi kesana, karena kita
adalah pasangan ….
Jadi teringat, saat pertama berkenalan dengan istri .
Berdiri tepat didepan pintu rumahnya, seraya mengasongkan
tangan mengajak salaman, mengajak berkenalan. Entah keberanian apa yang
membuatku “nekad”, menyambangi seseorang yang kenal pun tidak, apalagi tak ada
obrolan dan bincang pedekate sebelumnya. Belum pernah seumur hidupku,
berkenalan dengan perempuan tepat didepan pintu rumahnya. Tapi kini sadar,
bahwa semua karena tarikan … because she is there !. Bahwa kami kelak
ditakdirkan untuk menjadi pasangan suami
istri.
Yaitu saat aku disini dan engkau disana, lalu kami dipertemukan
dalam sebuah ruang dan momen waktu … because we should be there ….. Karena
takdir, mengharuskan kami ada disana !
Because its there, layaknya sebuah jemputan sang takdir.
Seperti sebuah terminal yang harus dilampaui , suka atau tidak …..
Seperti Mallory dan Irvine , di medio Juni 1924 itu,
dinyatakan hilang pada usaha terakhirnya untuk menuju puncak Himalaya. Jarak
200 meter terakhir itu, kabut menutup kamera pengawas. Sampai keesokan harinya
kedua tak pernah kunjung kembali ke base-camp. Lalu secara resmi dinyatakan
gugur selaku pejuang tangguh, pembawa kejayaan bagi negaranya Inggris Raya.
Seluruh lonceng gereja di Inggris berdentang duka.
Bagi Mallory dan Irvine ….. because it’s there adalah sebuah
tarikan untuk menuju terminal akhir , yaitu kematian jua. Bagi sebagian dari
kita, saat ini mungkin hanya berupa terminal terminal antara. Tapi yakinlah,
terminal akhir akan datang jua, menjemput kita semua …. Sebuah momen, dimana
bahkan hidup dan mati menjadi tak lagi penting. Karena disana yang tinggal
hanya sebatas kalimat tanya. Apakah kehidupan, bahkan kematian sekalipun, akan
dijalani dengan berkualitas, ataukah tidak ….. ?
Bagi kita semua, para pendaki gunung gunung kehidupan
Ketika kedua kaki sudah tertanam di puncak
Maka patutlah direnungkan ….Inikah puncak …. ?
yang telah menyempurnakan hari ini ?
Membuat diri takjub dalam sepi
Apakah kita sudah menaklukan musuh ?
Ataukah ego diri sendiri … ?
Karena jika jawabannya adalah … Because it’s there
Maka silahkan fikir dan karang ….
Apa pertanyaannya …. ?
Yat Lessie
Yat_Lessie
0 comments:
Posting Komentar