KELUARGA BESAR PENCINTA ALAM MAHASISWA (PALAWA) SWA GRIPPA

SWA GRIPPA adalah organisasi pencinta alam yang mempunyai jiwa kemandirian dan peduli terhadap sosial kemasyarakatan serta lingkungan.

KELUARGA BESAR PENCINTA ALAM MAHASISWA (PALAWA) SWA GRIPPA

SWA GRIPPA adalah organisasi pencinta alam yang mempunyai jiwa kemandirian dan peduli terhadap sosial kemasyarakatan serta lingkungan.

KELUARGA BESAR PENCINTA ALAM MAHASISWA (PALAWA) SWA GRIPPA

SWA GRIPPA adalah organisasi pencinta alam yang mempunyai jiwa kemandirian dan peduli terhadap sosial kemasyarakatan serta lingkungan.

KELUARGA BESAR PENCINTA ALAM MAHASISWA (PALAWA) SWA GRIPPA

SWA GRIPPA adalah organisasi pencinta alam yang mempunyai jiwa kemandirian dan peduli terhadap sosial kemasyarakatan serta lingkungan.

KELUARGA BESAR PENCINTA ALAM MAHASISWA (PALAWA) SWA GRIPPA

SWA GRIPPA adalah organisasi pencinta alam yang mempunyai jiwa kemandirian dan peduli terhadap sosial kemasyarakatan serta lingkungan.

KELUARGA BESAR PENCINTA ALAM MAHASISWA (PALAWA) SWA GRIPPA

SWA GRIPPA adalah organisasi pencinta alam yang mempunyai jiwa kemandirian dan peduli terhadap sosial kemasyarakatan serta lingkungan.

KELUARGA BESAR PENCINTA ALAM MAHASISWA (PALAWA) SWA GRIPPA

SWA GRIPPA adalah organisasi pencinta alam yang mempunyai jiwa kemandirian dan peduli terhadap sosial kemasyarakatan serta lingkungan.

Grippa

Kamis, 04 April 2013

Angkatan 5 "TAPAK PURNAMA"


Angkatan ke Lima (5) Pencinta Alam SWA GRIPPA dengan nama angkatan " TAPAK PURNAMA ", Pradik dan Diklatdas Tgl. 23 Oktober s/d 11 November 1995, dengan jumlah peserta yang mengikuti pendidikan dan latihan dasar kepencintaalaman sebanyak 15 ( Lima Belas ) orang, namun 8 ( delapan ) orang peserta didik tidak dapat melanjutkan pendidikan dasar tersebut dikarnakan sesuatu hal.

Ketujuh peserta didik yang lolos menjadi anggota Pencinta Alam SWA GRIPPA antara lain  :

  1. Lilis Supriyaty, dengan nama rimba SWA GRIPPA " TOGHEL " Nrp. SG.05-049/TP-95
  2. Entin Supartini, dengan nama rimba SWA GRIPPA " LULHUR " Nrp. SG.05-050/TP-95
  3. Euis Rahmawaty, dengan nama rimba SWA GRIPPA " MATTEL " Nrp. SG.05-051/TP-95
  4. Yunita Dwi P, dengan nama rimba SWA GRIPPA " TAPHEL " Nrp. SG.05-052/TP-95
  5. Arief Purwanto, dengan nama rimba SWA GRIPPA " ABHELT " Nrp. SG.05-053/TP-95
  6. Ali Imron Sabur, dengan nama rimba SWA GRIPPA " LOMEX'S " Nrp. SG.05-054/TP-95
  7. Vence Lesilolo, dengan nama rimba SWA GRIPPA " KHOZERT " Nrp. SG.05-055/TP-95 
Demikianlah sekilas info tentang angkatan ke-5 " TAPAK PURNAMA" Pencinta Alam SWA GRIPPA, salam lestari buat kurawa TAPAK PURNAMA.


         By Gollert 027

Minggu, 24 Maret 2013

MENCINTAI ALAM


Mengapa Kau Mencintai Alam?
Malam ini aku mendadak rindu betul pada puncak-puncak gunung yang sunyi , Kawanku bertanya, mengapa kau menyukai gunung? Mengapa kau lebih suka keluyuran di tengah alam bebas ketimbang berlibur ke mall-mall?

Catatan ini kupersembahkan kepadamu, kawanku di SWA GRIPPA ... Aku berharap, dalam waktu dekat ini, kita akan mendaki gunung bersama-sama. Semoga.

Saat kita memandang gunung yang menjulang membisu, apa yang ada dipikiran? Bukit, gunung, lembah, semuanya membisu. Hanya desis angin malam terdengar Barangkali gunung ini telah diam istirahat berabad-abad, mengumpulkan kekuatan untuk suatu saat nanti meledakkan diri, menghambur laksana bulu-bulu beterbangan di tiup angin. Entahlah. Tapi aku merasa yakin itu pasti akan terjadi. Mungkin nanti kalau kiamat… Puncak-puncak gunung yang sunyi seperti mengawetkan segala kemurnian dunia yang sudah hilang ditelan ambisi dan keinginan dunia di bawah sana. Di tengah-tengah keheningan dan aroma kemurnian ini, aku merasa bumi di bawah telah begitu lusuh, sumpek. Kadang-kadang aku berpikir rumahku sesungguhnya ada di sini, di setiap puncak gunung-gunung. Sebab, di puncak-puncak itulah aku merasakan akrab dengan semua lingkungan di sekitarku. Aku sulit mengakrabi kota-kota besar, apalagi metropolitan seperti Jakarta,Bandung dll. Hampir semua yang kutemui adalah palsu – air mancur buatan, bunga palsu di vas bunga meja kantor, lukisan-lukisan pemandangan, senyum dibuat-buat para SPG di mall-mall, toko-toko, keramahan semu di jalan-jalan, menjual agama dan mengatasnamakan Allah demi kekuasaan….

MENGENAL MOUNTAINEERING

A.      MOUNTAINEERING
Mendaki gunung adalah suatu kegiatan keras, penuh petualangan, membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang tinggi. Bahaya dan tantangan yang seakan hendak mengungguli, merupakan daya tarik dari kegiatan ini.
Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah menguji kemampuan dirinya untuk bersekutu dengan alam yang keras, keberhasilan suatu pendakian yang sukar dan sulit berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan dirinya sendiri.

KESULITAN & PENDAKI GUNUNG


Kisah yang luar biasa yang menggambarkan betapa manusia memiliki kekuatan bertahan (the power of survival) yang luar biasa adalah kisah tentang ahli jiwa terkenal, Victor Frankl.
Frankl adalah seorang psikolog keturunan Yahudi. Ia dipenjara dalam kamp konsentrasi maut Nazi Jerman, tempat ia mengalami penderitaan akibat penyiksaan yang di luar batas-batas kemanusiaan. Orang tuanya, saudara laki-lakinya, dan juga isterinya meninggal di kamp konsentrasi tersebut atau dikirim untuk dibunuh di kamar gas.

Selain seorang saudara perempuannya, seluruh keluarganya telah terbunuh dalam insiden sejarah gelap umat manusia. Dia sendiri mengalami penderitaan akibat siksaan dan penghinaan yang tak terperikan, tanpa pernah tahu dari satu hari ke hari yang lainnya apakah ia akan berakhir di kamar gas atau di kuburan massal di depan algojo tembak tentara Nazi. Atau akankah dia berada di antara mereka yang selamat yang akan menyingkirkan mayat-mayat atau menyerok keluar abu mereka yang sudah menemui ajalnya. Inilah yang disebut oleh Frankl sebagai ”the last of the human freedom” atau kebebasan yang terakhir yang dimiliki oleh manusia, yaitu kebebasan untuk memilih dan menciptakan realitas yang kita inginkan dalam hidup ini.

Sabtu, 10 November 2012

MAKNA PENCINTA ALAM


PENCINTA ALAM

Seandainya pohon bisa memberontak dan bicara tentunya ia bakal menjerit ketika ditebang, seadainya satwa liar itu bisa bicara tentunya ia bakal menyelamatkan hidupnya, namun kita sebagai manusia punya mulut, hati, telinga, otak malah diam saja melihat, mendengar jeritan-jeritan alam yang rusak ditangan kerakusan spesies manusia seperti kita ini. Apakah kita bangga dengan kekuasaan kita sendiri sementara kita telah melakukan bunuh diri secara perlahan bersama-sama oleh perbuatan kita sendiri.
Sebelum kita membahas pencinta alam dan kegiatannya mari kita pahami betul apa epistemologi dari “Pencinta Alam”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Cinta mempunyai empat makna, yakni, [1] ‘suka sekali’ ; ‘sayang benar’ ; [2] ‘kasih sekali’ ; terpikat’ ; terpikat ; [3] ‘ingin sekali’ ; berharap sekali ; ‘rindu’ ; dan [4] ‘susah hati ; risau’ (1993 -190). Yang artinya pencinta diberi makna ‘orang yang suka akan’ (h191). Selain itu kata alam yang diserap dari bahasa Arab, di Indonesia berkembang sehingga mempunyai tujuh makna. Ketujuh makna itu ialah [1] ‘segala ada yang dilangit dan dibumi’ ; [2] ‘lingkungan dan kehidupan’ ; [3] ‘segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan dan dianggap satu lingkungan dan dianggap sebagai satu keutuhan’ [4] ‘segala daya yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini [5] ‘yang bukan buatan manusia’ ; [6] ‘dunia’ ; dan [7] ‘kerajaan ; daerah ; negeri ‘ (h.22). Kalau kedua kata tersebut digabung maka arti dari pencinta alam adalah ‘orang yang sangat suka akan alam’.

Selasa, 06 November 2012

GUNUNG CIREMAI


GUNUNG CIREMAI ( 3.078 m.dpl )


Gunung Ciremai merupakan gunung berapi yang masih aktif dan bertepi  starto. Memiliki dua kawah utama, Kawah Barat dan Kawah Timur, serta kawah letusan kecil Gua Walet. Gunung ini memiliki keistimewaan tersendiri bila dibandingkan dengan gunung-gunung lainnya di pulau jawa, seperti juga Gunung Slamet, gunung ini terpisah dari gunung-gunung tinggi lainnya, tetapi gunung Ciremai ini lebih dekat dengan laut jawa. Kegiatannya yang terakhir tercatat pada tahun 1973, berupa gempa tektonik yang cukup kuat.
Gunung Ciremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Dapat didaki dari arah timur melalui Linggarjati (580 m.dpl), dari arah selatan melalui Palutungan (1.227 m.dpl), dari arah barat melalui Maja ( lewat Apui dan lewat Argalingga ). Jalur Linggarjati dan jalur Palutungan adalah jalur yang paling banyak dilalui, dan merupakan jalur yang dianjurkan oleh pihak Perhutani pengelola kawasan hutan disekitar Gunung Ciremai.
Desa Linggarjati ini terdapat penginapan yang bertarif mahal ( Hotel Linggarjati Tlp.0232-63185, Pasanggrahan dikawasan Taman Wisata Linggarjati Indah Tlp. 0232-63188 dan Siliwangi Park resort Tlp. 0232-53006 ). Walau begitu kita bisa dengan mudah mendapatkan tempat bermalam di balai desa atau dirumah-rumah penduduk, dengan biaya sukarela saja.  Walaupun warung-warung juga tersedia, bila bermalam dirumah-rumah penduduk ini, kita bisa memasak sendiri.
Desa Linggarjati merupakan desa yang bersejarah, dimana kita bisa mengunjungi Gedung Linggarjati, yang dijadikan museum untuk mengenang perjanjian Linggarjati yang dilaksanakan tahun 1946. Setelah pendakian, bila ingin menikmati air panas yang alami, kita bisa menuju desa Sangkan Hurip, ± 4km kea rah timur LInggarjati, dimana terdapat pemandian air panas yang mengandung  yodium, berbeda dengan tempat lain yang biasanya mengandung belerang. Kita juga berwisata di Taman Wisata Linggarjati Indah, dimana tersedia fasilitas kolam renang.

JALUR LINGGARJATI ( Kuningan )
Jalur pendakian dari Linggarjati ini sangat jelas, karenanya menjadi pilihan utama para pendaki. Disbanding dengan jalur lain, jalur Palutungan misalnya, jalur Linggarjati ini lebih curam dan sulit, dengan kemiringan sampai 70 derajat. Dijalur ini air hanya terdapat di Cibunar.
Dari desa Linggarjati berjalan lerus, kurang lebih ½ jam, mengikuti jalan desa melewati hutan pinus, kita akan sampai di Cibunar (750 m.dpl). Disini kita menjumpai jalan bercabang, kearah kiri menuju sumber air dan lurus kearah puncak. Kalau tidak bermalam di desa Linggarjati, kita bisa berkemah di Cibunar ini, namun jangan kaget bila berkemah di Cibunar kadang setiap malam suka ada suara tertawa diatas pohon, tapi jangan takut itu hanya seekor burung hantu yang bisa menirukan suara tertawa manusia. Persediaan air hendaknya dipersiapkan disini untuk perjalanan pulang pergi, karena setelah ini tidak ada lagi mata air.

Sabtu, 03 November 2012

GUNUNG GEDE - PANGRANGO

GUNUNG GEDE ( 2.958m.dpl ) DAN GUNUNG PANGRANGO ( 3.019m.dpl )


Gunung Gede dan Gunung Pangrango terletak di Jawa Barat, dan dalam pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGP), yang didirikan pada tanggal 6 Maret 1980, yang meliputi areal seluas 15.196 ha. Puncak-puncaknya terlihat dari Cibodas, Cianjur dan Sukabumi. Gunung Pangrango berbentuk segitiga runcing dan merupakan gunung api yang sudah mati, sedangkan Gunung Gede, yang merupakan gunung berjenis Strato, berbentuk kubah dan merupakan gunung api yang masih aktif.
Berwisata ke Taman Nasional Gede-Pangrango ini merupakan wisata alam yang sangat menyenangkan. Selain wisata pendakian, kita bisa menjumpai banyak air terjun, hutan alam, kawah berapi, padang bunga Eidelweis Jawa, Taman bung Cibodas, sumber air panas dan juga wisata pengamatan burung. Kawasan TNGP dijumpai tak kurang 300 lebih jenis burung, mendekati duapertiga dari jenis burung yang ada di Jawa.
Gunung Gede-Pangrango termasuk gunung-gunung yang sering didaki, karena transportasinya yang mudah serta dekat dengan Bandung dan Jakarta. Gunung Gede dan Gunung Pangrango dapat dicapai dari Cibodas, Gunung Putri ( Sukatani-Cipanas), serta dari Salabintana di Sukabumi. Jalur pendakian dari Cibodas adalah jalur yang paling popular, dan jalur gunung Putri adalah jalur terdekat ke gunung Gede, sementara jalur Salabintana yang merupakan jalur terpanjang dan tersulit. Bagi pendaki diusahakan agar tidak melewati jalur ini karena rawan longsor.