Ketika pagi senentiasa masih menyisakan mbun,
Gigil angin dan gema pahit getah kamboja semakin menyngat,
Juga mayang-bayang malam yang kelabu,
Melukiskan lelehan sepotong hari tuamu,
Diantara lalu gerimis dalam dekapan sunyi,
Diatas sayatan kisah yang kau iris,
Yang menyempurnakan lembaran kisah dengan tangis.....
Abi...Umi...!!!
Demikian Jauh kan lambai jariku,
Menggapai upuk hatimu?
Ketika jasadmu yang semakin mengaku hingga membeku...
Sayup-sayup masih ku dengar tawamu di sini,
Mengirimkan sunyi pada puncak harimu,
Masihku dengar Abi...Umi...!!!
Pada rengkuhan kata-kata akhirmu,
Yang terus berkisah dan berkisah,
Menyiram sepasang mataku dengan segelas gerimis jerit yang membasahi bathinku,
Kulihat jejakmu t'lah kau sandarkan mengiring diantara waktu,
Segalanya t'lah dipisahkan bermil yang fana...!
Dihening kamarmu,
Kukenang kembali gigitan nyamuk di lenganmu,
Dikursi reotmu yang semakin usang,
Kukenang lelahmu menyandarkan letih,
Diam-diam mencoretkan garis panjang kenagan dan mengabadikan dalam serangkaian album tuamu...!?
Ananda Yudi Gollert